Kepala Dinas Pemajuan Masyarakat Adat (DPMA) Provinsi Bali, I G.A. K Kartika Jaya Seputra, S.H., MH didampingi Kepala Bidang Pemajuan Hukum Adat DPMA, Ida Bagus Rai Dwija Juliarta, S.Ag, M.Si., menerima Studi Komparasi dari Paniradya Kaistimewan – Yogyakarta di Ruang Rapat Utama DPMA Prov. Bali, Rabu (25/9).
Paniradya Kaistimewan adalah sebuah lembaga di bawah Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, yang dibentuk berdasarkan Perdais No. 1 Tahun 2019.
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dalam hal ini melalui lembaga baru yaitu Paniradya Kaistimewan yang berfungsi dalam perencanaan, monitoring dan evaluasi program kegiatan urusan keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta melaksanakan studi komperasi berkaitan dengan pengelolaan Subak di Bali sebagai Warisan Budaya Dunia yang dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan dalam pengelolaan Sumbu Filosofi di Daerah Istimewa Yogyakarta setelah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh the United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada tanggal 18 Oktober 2023.
Dalam paparannya Kadis DPMA, Kartika Jaya menjelaskan bahwasannya Subak di Bali telah mulai dibangun 10 Abad yang lalu, dibawah kepemimpinan Rsi Markandeya. Subak yang pertama di bangun adalah Subak Puakan, di Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar.
Eksistensi Subak di Bali diketahui sesuai catatan yang ada pada Prasasti  Pandak Bandung pada tahun 1071 M, dan Prasasti Kelungkung berangka tahun 1072 M. Dalam Prasasti Pandak Bandung tercatat sebutan kata “kesuwakan” dan kemudian berkembang sebutan kesubakan atau subak. “Selanjutnya dalam Prasasti Kelungkung bahkan tercatat sebutan nama Kesuwakan Rawas atau Subak Rawas,” ungkapnya.
Lebih lanjut melalui Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 9 Tahun 2012 tentang Subak menerangkan Subak adalah organisasi tradisional dibidang tata guna air dan atau tata tanaman di tingkat usaha tani pada masyarakat adat di Bali yang bersifat sosioagraris, religius, ekonomis yang secara historis terus tumbuh dan berkembang.
Sebagai bagian dari kebudayaan Bali, Subak adalah sebuah lembaga yang membangun dan mengembangkan sinergi antara manusia, alam dan budaya Bali. “Secara filosofis bahwa sawah dan subak adalah komponen yang sangat penting dalam mengimplementasikan konsep Sad Kerthi,” terang Kadis Kartika Jaya.
Lebih lanjut Kabid Ida Bagus Rai Juliarta menambahkan bahwa secara sosiologis, Subak juga merupakan implementasi kebersamaan dan harmoni yang mengacu pada konsep Tri Hita Karana. Sebagai satu sistem pengaturan hidup bersama, Subak mampu bertahan karena masyarakatnya  berkomitmen dengan tradisi leluhur,  pembagian air  dilakukan secara adil,  semua masalah dibicarakan bersama, termasuk waktu tanam dan penetapan jenisnya,  demikian pula sanksi pelanggraan  ditentukan  mandiri  melalui ritual/upakara.
“UNESCO telah mengakui Subak di Bali sebagai Warisan Budaya dunia, setelah melalui perjuangan pemerintah Indonesia selama kurang lebih 12 tahun lamanya. Tepat pada tanggal 29 Juni 2012, dalam sidang ke-36 Komite Warisan Dunia UNESCO di kota Saint Peterburg, Rusia,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Bagian (Kabag) Pelayanan dan Umum Paniradya, Ariyanti Luhur Tri Setyarini menyampaikan terimakasih kepada seluruh jajaran Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas PMA Provinai Bali telah menerima kehadiran Paniradya Kaistimewan guna mengenal lebih jelas dan memahami benar tentang pengelolaan Subak di Bali.
“Yogyakarta melalui konsep Sumbu Filosofinya sangat identik dengan kearifan lokal di Bali, dan semogga dengan ditetapkannya Sumbu Filosofi sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO diharapkan nilai-nilai universal dalam kebudayaan Yogyakarta makin dikenal masyarakat secara luas, seperti halnya Subak yang ada di Bali,” tutur Ariyanti Luhur.
Sumbu Filosofi Yogyakarta merupakan warisan budaya yang memiliki filosofis tinggi yang menjadi bagian dalam kehidupan berbudaya sehari-hari yang lahir dari tangan Sri Sultan Hamengku Buwono I. “Maka, Yogyakarta menjadi salah satu penyumbang nilai-nilai luhur dalam peradaban dunia,” ujarnya.
Setelah pertemuan ini, para rombongan akan bertolak menuju salah satu Subak yang ada di Jatiluwih – Tabanan.
Turut hadir dalam pertemuan ini yaitu para pejabat lingkup DPMA Prov.Bali, Perwakilan Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Pemukiman Provinsi Bali, Dinas Kebudayaan Prov. Bali dan Perwakilan Dinas Pertanian Provinsi Bali. (Stu)